Bangkit dari Keterpurukan Emosi
17.34.00
By
Hasan Efendi
Cerita Motivasi
0
komentar
Ini adalah sekelumit kisah tentang Joni Eareckson. Hidup kita tidak akan pernah sama sesudah membaca kisahnya. Sungguh inspiratif.
Kisah Joni yang ditulis dalam buku di balik awan adalah karya fenomenal
seorang yang cacat. Buku ini telah menguatkan penulis saat menghadapi
banyak tekanan atau stres kehidupan selam dua puluh ahun belakangan ini.
Joni adalah seorang yang berani menjalani kelamnya hidup, sambil
melihat pelangi di balik awan hidupnya. Kisah Joni Mengajarkan kita
bagaimana mendaur ulang emosi yang sedih menjadi gembira, frustrasi
menjadi prestrasi, dan mengubah tragedi menjadi ‘komedi’.
Kelumpuhan Joni
Joni mengalami satu Sebuah kecelakaan ketika berenang di bulan Juli
1967. Kejadian ini menyebabkan Joni Eareckson menderita kerusakan tulang
belakang yang membuat dia lumpuh dari leher ke bawah.
Selama bulan-bulan pertama penderitaannya di rumah sakit, dia mengalami
depresi yang berat dalam usahanya mencoba memahami apa yang terjadi pada
dirinya. Joni benar benar terpuruk secara emosi, dan kehilangan imannya
kepada Tuhan. Meski teman temannya berdoa untuknya siang dan malam,
tidak ada hasil yang berarti. Dalam kekecewaaannya kepada Tuhan, Ia
sempat berusaha melakukan bunuh diri, namun usahanya gagal.
Namun, berkat pertolongan dari teman-temannya, imannya tumbuh lagi dan
semangat hidupnya bangkit kembali. Selama dua tahun masa rehabilitasi ia
menyadari bahwa apa pun yang terjadi, betapapun buruk situasinya,
hidupnya tetaplah sebuah pilihan.
Ia dapat memilih hidup dengan penuh penyesalan dan kemarahan pada Tuhan,
atau menjalaninya dengan penuh pengharapan bahwa “yang terbaik masih
belum tiba” (the best is yet to come).
BANGKIT DARI KETERPURUKAN EMOSI
*** Suatu hari dalam pergumulannya Joni bertanya sambil marah kepada Tuhan:
“Mengapa Tuhan tidak menjawab doaku, mengapa Engkau diam?”
Tuhan menjawab Joni: “Aku sudah menjawab doamu Joni”
Lalu Joni bertanya: “Mana buktinya, aku masih lumpuh…aku masih di kursi roda!”
Tuhan menjawab:
“Justru itulah jawabanku, Joni, Aku ingin kau tetap lumpuh dan
di kursi roda itu. Aku mau engkau menjadi saksi dan berkat bagi kaummu
yang cacat .”
Jawaban itu sangat menguatkan Joni, mengubah paradigmanya tentang arti
doa. Dia berhenti minta sembuh. Dia berhenti minta sembuh. Sekali lagi,
joni tidak lagi berdoa minta sembuh. Tapi meminta Tuhan memakai dia
dalam kelumpuhannya.
Selanjutnya dalam bukunya yang lain dia berkata, “Tuhan menjawab doa
kita tidak seperti apa yang kita minta tapi seperti yang Dia mau”
Semangat Joni bangkit kembali. Ia kemudian dengan sabar melewati masa
rehabilitasi. Dalam masa rehabilitasi tersebut, ia belajar melukis
dengan cara menggigit kuas di antara gigi-giginya.
Tentu ini Bukanlah situasi yang mudah, pasti awalnya membuat frustrasi siapa pun yang pernah mencobanya.
Namun, dia berhasil melakukannya. Dia mendapa undangan Presiden,
bersaksi ke seluruh dunia. Bahkan lukisan-lukisannya banyak dicari dan
dikoleksi orang. Joni juga menjadi penulis yang produktif, dia menulis
lebih dari tiga puluh buku, beberapa di antaranya menjadi best-seller.
Pokoknya kisah hidup si lumpuh nan cantik ini telah menyentuh serta
mengubah hidup ribuan orang sampai hari Ini.
Buku “di balik awan” mengisahkan hidup joni sebelum dan sesudah cacat
serta usahanya bangkit dari keterpurukan emosi. Bagaimana belajar
melihat pelangi di balik awan hidupnya yang kelam. Joni bahagia meski
hidupnya tetap di kursi roda.
Pada tahun 1979 ia mendirikan “Joni and Friends” yang melayani
orang-orang cacat dan keluarga atau teman-temannya. Program radio “Joni
and Friends” disiarkan oleh 850 pemancar radio dan mendapat penghargaan
“Radio Program of the Year” dari National Religious Broadcasters. Pada
tahun 1982 ia menikah dengan Ken Tada dan keduanya melayani bersama-sama
hingga hari ini.
Joni menjadi pembicara ternama di banyak negara, oleh karena kisah iman
dan keberaniannya menjalani hidup. Lewat kelumpuhannya Joni membangun
semangat hidup jutaan manusia di pelbagai negara, lewat buku dan
pelayanannya.
Saya jadi teringat doa seorang yang bijak dan pendiri seminari kenamaan, “Tuhan buatlah aku lumpuh, daripada tubuhku lengkap aku malah hidup dalam dosa”.
Bagi rekan yang lumpuh dan cacat, hidup adalah berkat pertama dan
terakhir yg membuat kita bisa tetap berguna. Hidup lebih penting dari
segalanya. Semoga teman menguatkan dan meneguhkan hati agar tetap bisa
berkarya dan berguna bagi sesama di tengah kemustahilan.
Bang JS
Hongkong, 29 Nov 2011
Sumber
Buku “Di Balik Awan” (Joni Earecson)
http://biokristi.sabda.org/joni_eareckson_tada_0
0 komentar:
Silahkan isi komentar..!