Saya Hasan Efendi mengucapkan Terima kasih sudah berkenan tengok-tengok blog sederhana ini, kritik dan saran kalian sangat membantu perkembangan blog sederhana ini. Contact : HP/WA >> 0896-3554-9224[Tree]

Pilgub Banten : Menangkan Ratu Atut Sepenuh Hati Karena Itu Tugas Mulia

Subhanallah, tanpa tendeng aling aling, IBU KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN SEDANG MENGAJAK JAJARANYA UNTUK MEMENANGKAN ATUT!!!VIDEO INI MENGGAMBARKAN DENGAN GAMBLANG BAHWA KECURANGAN PASANGAN CAGUB/CAWAGUB BANTEN NO.1 ATUT-RANO BENAR-BENAR SUDAH SANGAT TERSTRUKTUR, SISTEMATIS,

 Sumber : http://www.facebook.com/photo.php?v=2264477451614





























0 komentar:

Silahkan isi komentar..!

Demi Masa-Demi Waktu-Demi Jam/Detik

1. Demi Waktu.
2. Sesungguhnya Manusia itu dalam keadaan Merugi.
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.

Di Surah Al-’Ashr ini Allah ta’ala Bersumpah Demi Waktu / Demi Jam
Surah ini dimulai dengan ‘ashr dan diakhiri dengan shabr dan menunjukkan kepada kita bahwa waktu berasal dari Allah, dari Yang Tak Berwaktu. Surah ini mulai dengan apa yang kita alami, berbagai peristiwa yang berubah-ubah dan bersifat siklis, dan berakhir dengan fondasi, yang tak tergoyahkan dan tak berubah: shabr (kesabaran). Ketika Sembilan Puluh Sembilan Nama dituliskan atau dibacakan, maka Nama al-Shabur selalu yang terakhir, karena Sifat itu merupakan fondasi untuk penciptaan.

Di Surah ini kita di anjurkan harus ingat dengan TUHAN setiap waktu/jam/detik/detak jantung yang berdenyut.
ini bagi manusia yang berpikir !!!

Semoga Bermempaat untuk semuanya…

0 komentar:

Silahkan isi komentar..!

Progress JSSku

Berikut Progres JSSku selama seminggu ini,, Rencana besok akan mengambil 8 posisi lagi, mudah-mudahan ini awal yang baik, Amin, Salam SUKSES !

0 komentar:

Silahkan isi komentar..!

Lena Maria, Sukses dengan Segala Keterbatasannya



Perempuan bernama lengkap Lena Maria Klingvall ini, mungkin tidak seberuntung kita. Lena, panggilan akrabnya, lahir di Swedia pada 28 September 1968 tanpa memiliki kedua lengan dan dengan kaki kiri yang lebih kecil dari ukuran normal. Namun siapa sangka dirinya mampu meraih lebih banyak prestasi bila dibandingkan dengan kebanyakan orang yang berfisik normal.

Mengetahui putrinya lahir dengan keadaan cacat secara fisik, orangtuanya tidaklah kecewa dan berputus asa, mereka bahkan yakin bahwa putrinya berhak melakukan apapun! Mereka membesarkannya dengan penuh kebanggaan dan kasih sayang. Hal ini yang menjadikan Lena Maria tumbuh menjadi sosok yang mandiri, penuh keyakinan, dan kepercayaan diri.

Di usianya yang baru 3 tahun, Lena sudah mulai belajar renang dan menjadi perenang yang mewakili negaranya di usia ke-15. Lena berenang di Kejuaraan Dunia pada usia 18 tahun,memecahkan rekor, dan meraih empat medali emas dalam perlombaan gaya kupu-kupu.

Sisi kemandiriannya terus menonjol. Pada 18 tahun juga, Lena belajar mengemudi. Berawal dengan mengemudi dengan kakinya, sampai merancang sendiri mobil sesuai dengan kondisi fisiknya, yaitu dengan sebuah alat pengontrol untuk mengatur fungsi rem dan gas mobilnya. Tidak hanya itu, pekerjaan menulis, merajut, memasak, bahkan melukis seolah tidak menjadi kendala baginya.
 

Lena terus mengasah diri, salah satunya melalui bidang seni. Lena mendapatkan beasiswa dari pemerintah Swedia untuk melanjutkan pendidikannya di The Royal University College of Music. Bahkan Lena telah membuat beberapa album lagu, juga mengadakan berbagai konser di Moskow, Latvia, Jerman, Amerika Serikat, Hong Kong, Thailand, Korea, Singapura, Malaysia, dan Taiwan.

Selain berprestasi di bidang tarik suara, Lena juga sangat berbakat dalam melukis. Lena melukis menggunakan mulut dan kakinya. Pada tahun 1996, Lena Maria meluncurkan sebuah buku yang mengisahkan tentang hidupnya, yang berjudul "Foot-Notes" yang saat ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa antara lain bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Jepang, Thailand, Korea, Mandarin, dan Rusia.

"Saya lebih memilih untuk bersyukur atas apa yang dapat saya lakukan, daripada kecewa atas apa yang tak dapat saya lakukan," demikian kata-kata dari Lena. Sungguh, pemikiran yang sangat inspiratif yang dapat memotivasi diri kita agar tidak mudah menyerah karena keterbatasan yang ada. Pantang bagai kita mengatakan "tidak bisa" dalam segala hal! Selama kita memiliki tekad dan keberanian untuk bertindak, tidak ada kata "tidak bisa" dalam diri kita. Jika Lena Maria bisa, kita pun seharusnya lebih bisa!

_______________________

Simak kegigigan dan kemandirian Lena Maria dalam video singkat ini: 
 
 

0 komentar:

Silahkan isi komentar..!

Celengan Syukur Reni

13199079791306999097
Reni mengamat-amati celengan ayam milik Bagas. Bentuk dan warnanya bagus. Celengan ayam jago berbulu hitam itu mirip ayam sungguhan menurutnya. Tak hanya dia, teman-teman sekelasnya pun ramai memuji celengan ayam itu. Membuat wajah sang pemilik merona merah karena bangga.

Bagas mengguncang-guncang si celengan ayam. Koin-koin di dalamnya berbenturan gaduh. Baru seminggu Ibu Wanda menyuruh mereka menabung, tapi suara celengan Bagas sudah bergemuruh.

Tugas menabung ini bukan pekerjaan yang mudah bagi anak-anak SD kelas 5 seperti mereka. Sebab mereka harus menyisihkan uang jajan untuk dimasukkan ke dalam celengan. Di akhir bulan, tabungannya dihitung lalu disumbangkan ke panti asuhan.

Menabung bagi anak-anak SD berarti mengurangi jatah jajan. Tapi ini dilakukan demi Ibu Wanda, sang guru favorit, dan demi menolong anak-anak sebaya yang tidak seberuntung mereka. Bagas dan teman-temannya semakin hari semakin bersemangat menabung. Mereka bahkan berandai-andai yang paling banyak menyumbang nanti akan diberi nilai paling tinggi dalam mata pelajaran PPKn.

Bila Bagas tampak bangga dengan celengannya yang indah dan penuh berisi, Reni justru berusaha menyembunyikan celengannya. Miliknya tak seindah punya Bagas atau teman-teman yang lain. Pun tak berisi banyak uang. Celengan dari bekas kaleng susu itu sampai hari ini kosong melompong.
***

Akhir bulan tiba. Semua murid di kelas 5A SD Berdikari sibuk merapikan meja. Buku PPKn, alat tulis dan celengan bertengger di atas meja setiap anak. Semuanya tampak semangat saat Ibu Wanda meminta mereka membongkar celengan dan menghitung isinya, sementara ia berkeliling dari meja ke meja.
Saat tiba di meja Reni, ia merasa heran. Di meja anak buruh cuci itu berhamburan sejumlah uang receh dan kertas-kertas kecil yang dilipat. Itu kertas yang dirobek dari majalah dan lembaran koran yang tidak berjejak tinta.

“Apa ini, Reni?” tanya Ibu Wanda sambil memegang beberapa lipatan kertas yang dikeluarkan Reni dari celengan bekas kaleng susunya.
“Ini sumbangan saya buat anak-anak panti asuhan, Bu. Uangnya tidak banyak, tapi sumbangan saya bukan cuma uang.”
Ibu Wanda heran. Reni mengambil sebuah kertas yang setengah terbuka di atas meja. Dia membaca tulisannya.
“Ini Reni. Hari ini tumben Emak masak sup ceker ayam, rasanya enak sekali. Aku kenyang. Kalian sudah makan? Jangan lupa bersyukur ya.”
Reni mengambil kertas lainnya.

“Ini Reni lagi. Hari ini aku dikasih boneka bekas oleh tetanggaku. Walau bekas, tapi bonekanya masih bagus. Kamu punya mainan apa? Jangan lupa bersyukur ya,” katanya.

Ibu Wanda luar biasa heran melihat anak muridnya yang satu ini. Keheranan itu menular dan membuat anak-anak lainnya menoleh. Beberapa di antara mereka berkerumun di meja Reni. Semua mata tertuju pada Reni, meminta penjelasan.

“Saya nggak punya banyak uang buat disumbang, Bu,” ucap Reni seperti mau menangis, “Tapi saya tetap ingin nyumbang. Jadi saya nyumbang rasa syukur saya. Maaf ya, Bu, celengan syukur ini bikin malu ya?”
Hati Ibu Wanda terenyuh. Ia segera meraih anak itu ke pelukannya dan berkata, “Tidak sayang. Justru celengan syukur ini bisa mengajarkan mereka untuk selalu bersyukur setiap harinya, Reni. Jangan merasa malu, Ibu bangga padamu, Nak.”

Teman-teman Reni pun bertepuk tangan dan bersorak.
“Wah, Reni nanti dapat nilai paling tinggi nih. Jangan sedih ya, Gas,” kata Siska meledek Bagas.
Bagas menatap celengan ayamnya yang sudah pecah berhamburan. Bibirnya mengerucut, matanya menyipit kesal.

“Tahu begitu aku pakai kaleng susu saja!”
source : http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2011/10/30/celengan-syukur-reni/

0 komentar:

Silahkan isi komentar..!