Antara Tujuan dan Prosesnya
20.13.00
By
Hasan Efendi
Motivasi Marketer
0
komentar
Manusia merupakan mahluk yang senantiasa
dihadapkan pada berbagai macam pilihan . Dari hal inilah manusia
sewajarnya melakukan sintesa antara ilmu pengetahuan dan kehendak yang
merupakan nilai fitrah dari manusia itu sendiri. Sebagai mahluk tuhan,
manusia mempunyai perbedaan dengan mahluk lainnya. Perbedaan tersebut
merupakan hal alamiah yang memang diperlukan untuk menentukan pilihan.
Naluri pada manusia merupakan hakekat yang dapat dibandingkan dengan
mahluk lainnya. Dibawah waktu tertentu naluri inilah yang mengatarkan
manusia pada berbagai macam jawaban atas pilihannya. Jawaban yang
merupakan kemerdekaan dari rantaian kehidupan untuk berusaha.
Untuk memahami konsep usaha, manusia
tidak lepas dari manusia lainnya. Maka dari itu dalam menyikapi fenomena
tersebut, manusia dibatasi oleh adanya proses dalam kehidupan. Yang
dimana, proses tersebut dapat mengatur sistem penciptaan dan ketetapan
dalam kehidupan etik, sosial, sepritual individu, dan masyarakat. Hal
ini dapat didefinisikan sebagai nilai keikhlasan dari manusia.
Rasanya cendrung mustahil jika
keikhlasan tanpa adanya keberimbangan pada kemerdekaan. Kemerdekaan
dalam arti kerja suka rela tanpa paksaan yang didorong dngan kemauan
yang murni. Kemerdekaan dalam artian kebebasan ini sudah sepantasnya
dilakukan dengan hati nurani. Pernyataan tersebut merupakan kreatifitas
manusia yang berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan
baiknya.
Sementara itu, ketiadaan ihtiar
merupakan bukti dari ketiadaan kebebasan juga. Dan hal tersebut
memustahilkan terwujudnya kemerdekaan. Keterkaitan antar komponen ini
menentukan arah keberlangsungan hidup. Kebermaknaan korelasi tersebut
dapat dikatakan sebagai takdir. Untuk memahami konsep takdir, manusia
dapat bergantung pada kemauannya sendiri. Yang pada konteks
perwujudannya, manusia berperan aktif atas haknya dalam menentukan
pilihan antara kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun bermasyarakat.
Artinya, ikhtiar dapat dikatakan berarti
hanya bila pada realitas terdapat hukum-hukum yang pasti (takdir) atau
pada awalnya ikhtiar berupa potensial dan menjadi aktual bila terdapat
dan diketahuinya takdir tersebut. Karena itulah pula hal tersebut dapat
diutarakan dengan pernyataan “tanpa ikhtiar tidak ada takdir“.
Begitupun terhadap penyerahan diri (pasrah), yang merupakan peniadaan
dari kebebasan itu sendiri. Juga adanya ruang, waktu, maupun momentum,
dan keberadaan manusia itu sendiri merupakan buah-buah pendorong untuk
terwujudkannya takdir yang sesuai dengan ikhtiar yang dilakukan.
0 komentar:
Silahkan isi komentar..!